ORGANISASI MULTINASIONAL


ORGANISASI MULTINASIONAL

Terdapat tiga masalah khususu dalam organisasi global: perbedaan kebudayaan, harga transfer, dan perbedaan nilai tukar mata uang. Bab ini akan secara khusus membahas ketiga topic ini. Mesipun pembahasan yang kita lakukan dinyatakan dalam kondisi AS dan anak-anak perusahaannya di luar negeri, masalah umum yang sama dapat ditemukan pada induk perusahaan dari Negara mana pun beserta anak perusahaannya di luar negeri.
  1. Perbedaan Budaya
Salah satu variabel konteksual yang penting yang memengaruhi pengendalian manajemen di dalam sebuah perusahaan multinasional adalah perbedaan budaya antar Negara. Menurut defiinisinya, sebuah organisasi multinasional akan beroperasi di banyak Negara dan harus siap menghadapi perbedaan budaya seiring dengan koodinasi dan pengendalian yang dilakukan oleh kantor pusat terhadap anak-anak perusahaannya. Baik dalam konteks sebuah organisasi atau suatu bangsa, kata “budaya” akan merujuk kepada nilai-nilai, asumsi dan norma perilaku yang diakui bersama. Ketika sebuah organisasi merentangkan operasinya melintasi berbagai Negara, perbedaan budaya yang sangat besar yang berkaitan dengan karakter nasional dan regional yang ada, mempunyai hubungan yang penting dengan pengendalian manajemen. Salah satu cara untuk memahami budaya diusulkan oleh Hofstede. Hofstede membuat sebuah analisis yang sistematis atas perbedaan budaya berdasarkan sebuah kuesioner yang dijawab oleh kurang lebih 80.000 karyawan IBM yang berlokasi di 64 negara. Menurut Hofstede, budaya dapat berbeda pada empat dimensi:
    1. Jangkauan kekuasaan
Merujuk kepada sejauh mana kekuasaan didistribusikan dan dipusatkan secara tidak seimbang. Budaya dengan jangkauan kekuasaan yang tinggi termasuk Filipina, Venezuela, dan Meksiko. Budaya dengan jangkauan kekuasaan yang rendah termasuk Israel, Denmark, dan Austria.



    1. Individualisme/ koltivisme
Merujuk kepada sejauh mana seseorang mendefinisikan dirinya sendiri sebagai seorang individu atau sebagai bagian dari kelompok yang lebih besar. Budaya individualistik yang tinggi termasuk Amerika Serikat, Australia, dan Inggris. Budaya kolektiitas yang tinggi termasuk Saudi Arabia, Venezuela, dan Peru.
    1. Menghindari ketidakpastian
Merujuk sampai sejauh mana seseorang akan merasa terancam oleh situasi yang tidak menentu budaya penghindaran ketidakpastian tertinggi termasuk Jepang, Portugal, dan Yunani. Budaya penghindaran ketidakpastian terendah termasuk Singapura, Hongkong, dan Denmark.
    1. Maskulinitas/feminitas
Merujuk kepada sampai sejauh apakah pengaruh yang dimiliki oleh salah satu dari kedua nilai dominant tersebut apakah pengaruh yang dimiliki oleh salah satu dari kedua nilai dominant tersebut berupa

  1. Harga Transfer
Harga transfer untuk barang, jasa, dan teknologu merupakan salah satu dari perbedaan besar yang terjadi antara pengendalian manajemen operasi domestic dan luar negeri. Namun dalam operasi luar negeri, dibutuhkan beberapa pertimbangan penting lainnya untuk dapat sampai kepada suatu harga transfer. Pertibangan-pertimbangan tersebut termasuk perpajakan, peraturan pemerintah, tarif pengendalian devisa, akumulasi dana, dan joint venture.
  • Perpajakan
Tingkat pajak penghasilan efektif dapat memiliki perbedaan yang sangat jauh di masing-masing Negara-negara asing, sistem harga transfer yang memungkinkan pengalihan keuntungan ke Negara-negara dengan tingkat pajak yang rendah dapat mengurangu jumlah pajak penghasilan perusahaan yang digabungkan dari seluruh dunia.
  • Peraturan Pemerintah
Jika tidak diatur oleh pemerintah, perusahaan akan menetapkan harga transfer untuk meminimalkan laba kena pajak di Negara-negara dengan tingkat pajak penghasilan yang tinggi. Namun demikian, otoritas pajak pemerintah menyadari adanya kemungkinan ini dan mengeluarkan peraturan yang menentukan bagaimana harga transfer dapat dihitung.
  • Tarif
Tarif sering kali dipungut berdasarkan persentase tertentu dari nilai impor suatu produk. Semakin rendah harganya senakin rendah pula tarif yang akan dikenakan. Timbulnya tarif biasanya memiliki hubungan terbalik dengan timbulnya pajak pendapatan di dalam harga transfer. Meskipun tariff untuk barang-barang yang dikirimkan ke suatu Negara tertentu akan lebih rendah jika harga transfernya juga rendah, keuntungan yang dicatat di Negara itu dan karenanya pajak penghasilan lokal atas laba akan ikut tinggi. Jadi, efek bersih dari faktor-faktor ini harus ikut diperhitungkan dalam menentukan harga transfer yang tepat. Karena pajak penghasilan umumnya memiiki jumlahnya yang lebih besar daripada tarif, harga transfer internasional biasanya lebih banyak didasarkan pada pajak penghasilan daripada tarif.
  • Pengendalian Devisa
Beberapa Negara membatasi jumlah devisa yang tersedia untuk mengimpor beberapa komoditas tertentu. Dalam kondisi ini, harga transfer yang lebih rendah memungkinkan anak perusahaan untuk memasukkan komoditas tersebut dalam jumlah yang lebih besar.
  • Akumulasi Dana
Perusahaan mungkin ingin mengakumulasikan dananya di satu Negara tertenttu daripada di Negara lain. Harga transfer adalah salah satu cara untuk mengalihkan dana tersebut ke dalam atau ke luar Negara tertentu.
  • Joint Venture
Joint venture memberikan komplikasi tambahan dalam harga transfer. Andai kata sebuah perusahaan AS mempunyai operasi joint venture di Jepang dengan perusahaan local Jepang. Jika induk perusahaan AS membebankan harga lebih tinggi bagi komponen yang dikirimkan ke Jepang, mitra joint venture Jepang kemungkinan besar akan menolak harga tersebut karena harga itu akan memperkecil laba operasinya dan mengakibatkan bagian keuntungan dari mitra joint venture Jepang tersebut juga semakin kecil. Ford Motor Company, dengan sebagian maksudnya untuk menghindari perselisihan tentang harga transfer, membeli sejumlah besar kepentingan minoritas Inggris di Ford Lid., pada tahun 1961. Untuk alas an yang sama, General Motors tidak pernah melakukan joint venture sampai perjanjian yang dilakukannya dengan Toyota di akhir tahun 1980-an.
  • Penggunaan Metode Harga Transfer
Tampilan 1 memperlihatkan metode harga transfer yang digunakan oleh sebuah contoh perusahaan multinasional yang memiliki kantor di Kanda, Jepang, Inggris, dan Amerika Serikat untuk pengiriman antar perbatasan mereka.
  • Pertimbangan Hukum
Hampir semua Negara melakukan beberapa pembatasan pada fleksibilitas perusahaan dalam menetapkan harga transfer untuk transaksi dengan anak-anak perusahaan di luar negeri. Alasannya adalah untuk mencegah perusahaan multinasional melakukan penghindaran pajak penghasilan di Negara tuan rumah. Perhatikanlah contoh-contoh berikut ini:
    • Untuk meminimalkan pajak, perusahaan-perusahaan multinasional AS mengalihan asset-asetnya ke Negara dengan pajak penghasilan yang rendah Misalnya, Cayman Islanda yang memiliki 50 bank.
    • Perusahaan multinasional AS memindahkan kantor perusahaan “di atas kertas” mereka ke Bermuda, yang tidak mengenakan pajak penghasilan perusahaan. Sebagai contoh, Ingersoll-Rand, Accenture, dan Tyco International menempatkan kantor pusat mereka di Bermuda sedangkan seluruh bisnis mereka dilakukan di Negara-negara lain.
    • Perusahaan yang memindahkan property intelektual (paten misalnya) ke Irlandia, sebuah Negara dengan tingkat pajak yang rendah. Kantor pusat di AS akan membayar jumlah yang cukup besar untuk membeli hak penggunaan propert intlektual tersebut, sehingga akan mengalihkan laba kena pajak dan sebuah Negara dengan tingkat pajak yang tinggi ke Negara dengan tingkat pajak yang rendah.










Tampilan
Metode Harga Transfer yang Digunakan oleh Perusahaan Multinasional

Metode Penetapan Harga
Kanada
Jepang
Inggris
Amerika Serikat
Metode Berbasis Biaya:
Biaya variable – aktual/standar
Biaya penuh – aktual
Biaya penuh – standar
Biaya variable ditambah markup
Biaya penuh ditambah markup
Jumlah berbasis biaya

Metode Berbasis Pasar:
Harga pasar
Harga pasar dikurangi biaya penjualan
Lain-lain
Jumlah bebasis pasar

Harga Negoisasi
Lain-lain

5%
-
26
-
2
33%


-
-
-
­­­­­­­­­­37%

26%
4%
100%

3%
-
38
-
-
41%


-
-
-
37%

22%
-
100%

5%
-
28
-
5
38%


-
-
-
­­­­­­­­­­31%

20%
11
100%

1%
4
7
1
28
41%


26
12
8
­­­­­­­­­­46%

13%
-
100%

Section 482 memberikan aturan-aturan untuk menentukan harga transfer pada penjualan antar anggota dari kelompok yang sepengendali. Metode-metode harga antar perusahaan sepengendali yang dapat diterima, disusun menurut prioritasnya dari yang paling penting adalah sebagai berikut :
    1. Metode perbandingan dengan harga tidak sepengendali
Harga yang wajar dapat dipastikan dari penjualan barang atau jasa yang dapat diperbandingkan antara perusahaan multinasional dan pelanggan yang tidak memiliki hubungan istimewa, atau antara dua perusahaan yang masing-masing tidak saling memiliki hubungan istimewa.
Hal – hal yang dapat memengaruhi harga adalah antara lain, kualitas produk, syarat penjualan, tingkat pasar, dan wilayah geografis di mana jenis barang tersebut dijual, tetapi untuk diskon jumlah, penyisihan promosi dari kerugian khusus yang disebabkan oleh perbedaan nilai tukar mata uang dan selisih kredit tidak diperhitungkan.
Harga yang lebih rendah dan bahkan penjualan di bawah harga penuh, diizinkan dalam hal-hal tertentu seperti selama penetrasi sebuah pasar baru atau dalam mempertahankan pasar yang ada di suatu wilayah tertentu.

    1. Metode harga jual kembali.
Bila tidak ada penjualan yang dapat dibandinkan, metode berikutnya yang diperbolehkan adalah metode harga jual kembali. Dalam metode ini, wajib pajak bekerja mundur dari hargapenjualan final pada saat kekayaan yang dibeli dari perusahaan afiliasi dijual kembali dalam sebuah penjualan tidak sepengendali. Harga jual kembali ini dikurangi dengan persentase keuntungan (markup) yang semestinya berdasarkan penjualan tidak sepengendali oleh afiliasi yang sama atau oleh penjual lain yang menjual barang yang sama di pasar yang dapat diperbandingkan. Persentase markup dari pesaing dan rata-rata industri juga dapat membantu dalam kaitannya dengan hal ini.
Peraturan meminta metode ini digunakan jika (1) jika tidak tersedia penjualan tidak sepengendali yang sebanding, (2) penjualan kembali dilakukan dalam jangka waktu yang wajar sebelum atau sesudah pembelian antar perusahaan sepengendali, (3) penjualan kembali tidak menambahkan nilai yang berarti kepada barang yang bersangkutan dengan mengubahnya secara fisik, selain dari kemasan, label, dan seterusnya, atau dengan penggunaan atas pemanfaatan kekayaan yang tak berwujud (intangible property).
    1. Metode harga-plus.
Menurut metode ini, yang menjadi prioritas terendah di antara ketiga metode yang diuraikan, titik awal untuk menentukan harga yang wajar adalah biaya untuk memproduksi produk, dihitung menurut praktik akuntansi yang benar. Ke dalam biaya ini ditambahkan laba kotor yang wajar yang dinyatakan dalam presentase tertentu dari biaya dan didasarkan pada penjualan tidak sepengendali yang serupa yang dilakukan oleh pihak penjual, atau penjual lain, atau tingkat yang berlaku untuk industri tersebut.

Gambaran skematis ketiga metode ini adalah sebagai berikut:
  1. Metode perbandingan dengan harga tidak sepengendali:
Harga transfer = Harga yang digunakan dalam penjualan tidak sepengendali yang sebanding penyesuaian
Dalam penjualan sepengendali, transaksi yang terjadi adalah antara dua anggota kelompok sepengendali. Dalam penjualan tidak sepengendali, salah satu pihak bukan anggota kelompok sepengendali.
  1. Metode harga jual kembali:
Harga transfer = Harga jual kembali yang berlaku – Markup yang memadai Penyesuaian
Harga jual kembali yang berlaku adalah harga di mana aktiva yang dibeli melalui penjualan sepengendali, dijual kembali oleh pembeli dalam penjualan yang tidak sepengendali.
Markup yang memadai = Harga jual kembali yang berlaku * Presentase markup yang wajar
Presentase markup yang wajar = Persentase dari laba kotor (diekspresikan dalam persentase dari penjualan) yang didapatkan oleh pembeli (atau penjual kembali) atau piha lain di dalam sebuah pembelian dan penjualan kembali yang tidak sepengendali yang serupa dengan penjualan kembali sepengendali.
  1. Metode biaya-plus:
Harga transfer = Biaya + Markup memadai Penyesuaian
Markup yang memadai = Biaya * Persentase laba kotor yang memadai
Persen laba kotor yang memadai = Persentase laba kotor (diekspresikan dalam persentase dari biaya) yang diperoleh oleh penjual kembali atau pihak lain pada enjualan tidak sepengendali yang sama dengan penjualan sepengendali.

Implikasi dari Section 482
Dari sudut pandang pengendalian manajemen, terdapat dua implikasi penting dari section 482, yang masing-masing dibahas di bawah ini:
  1. Meskipun terdapat pembatasan hukum terhadap fleksibilitas perusahaan dalam menentukan harga transfer, namun masih terdapat cukup ruang gera di dalam pembatasan ini.
  2. Dalam situasi tertentu, pembatasan hokum dapat mendikte jenis-jenis harga transfer yang harus diterapkan.

Ruang Gerak dalam Harga Transfer
Ada dua kebijakan ekstrem dalam menangani masalah ini. Beberapa perusahaan mengizinkan anak perusahaan berurusan satu sama lain sesuai dengan prinsip ekonomi yang wajar dan membiarkan dampak akibat pajak serta tariff apa adanya. Dengan kebijakan ini, tak ada lagi keraguan tentang legalitas harga transfer karena anak perusahaan mencoba melakukan hal ini sesuai dengan yang diminta oleh peraturan yang berlaku – melakukan transaksi secara wajar. Dengan kebijakan ini, kebijakan harga transfer untuk Negara asing pada pokoknya akan sama dengan harga transfer untuk domestic. Akibatnya, system harga transfer akan mendukung system pengendalian manajemen. Namun pada sisi yang lain, kebijakan ini dapat menghasilkan total biaya yang lebih tinggi.
Pada sisi eksterm yang lain, harga transfer untuk Negara asing dapat hamper seluruhnya dikontrol oleh kantor pusat perusahaan dengan maksud untuk meminimalkan biaya total perusahaan, memaksimalkan arus kas dalam dolar atau memperoleh kombinasi yang optimum untuk posisi mata uang. Akan tetapi, kebijakan semacam ini dapat sangat membatasi kegunaan system pengendalian, karena dalam keadaan tertentu harga transfer tersebut tidak berhubungan dengan harga yang berlaku jika unit-unit yang melakukan pembelian dan penjualan adalah independent.
Banyak perusahaan yang mengggunakan harga transfer untuk meminimalkan pajak dan tariff menggunakan harga transfer yang sama untuk persiapan anggaran keuntungan dan pelaporan sebagaimana yang digunakan untuk tujuan akuntansi dan perpajakan. Anggaran yang disetujui merefleksikan segala ketidakseimbangan yang ditimbulkan oleh harga transfer. Sebagai ilustrasi, anak perusahaan yang menjual lebih rendah dari harga normal dapat mengalami rugi sesuai anggaran. Jika laporan atas kinerja actual menunjukkan bahwa kerugian anak perusahaan ternyata lebih kecil dari yang dianggarkan, maka kinerjanya dapat dianggap memuaskan, dengan catatn hal yang lain tetap sama. Singkatnya, harga transfer akan dipertimbangkan dalam baik penyiapan anggaran maupun analisis hasil-hasilnya.

Pembatasan Hukum dalam Sistem Harga Transfer
Di dalam situasi tertentu, pembatasan hukum dapat memint digunakannya system harga transfer tertentu, atau sebuah system transfer yang disukai untuk tidak digunakan.







Tampilan
Nilai Tukar untuk Berbagai Mata Uang Asing pada 19 Januari 2000

Negara
Unit moneter
Dolar per Unit atas Mata Uang Asing (penawaran langsung)
Unit Mata Uang Asing per Dolarnya (penawaran tidak langsung)
Inggis
Jerman
Jepang
Swiss
Eropa
Pound
Mark
Yen
Franc
Euro
0,6128
0,5171
0,0095
0,6265
0,9886
1,6320
1,9337
104,85
1,5963
1,0115

Dalam situasi yang lain, pendekatan “full cost” yang implicit dalam Section 482 dapat membatasi kemampuan perusahaan untuk mentransfer beberapa produk kurang dari full cost-nya. Misalnya, departemen pemasaran mungkin inin memperkenalkan produk baru dalam pasar pada harga yang lebih rendah dari harga normalnya, bahkan mungkin tidak cukup tinggi untuk menutupi full cost tersebut. Ini mungkin merupakan taktik pemasaran yang jitu, tetapi IRS tidak dapat mengakuinya sebagai dasar yang valid untuk sampai kepada harga transfer.

Kepentingan Minoritas
Ketika kepentingan minoritas ikut terlibat, fleksibilitas manajemen puncak dalam mendistribusikan laba antara anak-anak perusahaan dapat sangat dibatasi karena pihak minoritas mempunyai hak hokum untuk memperoleh pembagian yang adil dari laba perusahaan. Dalam kasus ini, anak perusahaan harus sebisa mungkin melakukan transaksi secara wajar.

  1. Nilai Tukar Mata Uang
Arus kas dari sebuah perusahaan domestik dinominasikan dalam dolar, dan pada suatu waktu tertentu, setiap dolar mempunyai nilai yang sama dengan nilai dolar lainnya. Sebaliknya, arus kas perusahaan multinasional didenominasikan dalam beberapa mata uang di mana nilai setiap mata uang relative kepada nilai dlar akan berbeda seiring dengan perbedaan waktu. Variasi ini memperumit masalah pengukuran kinerja anak perusahaan dan para manajernya. Lebih spesifik lagi, perusahaan multinasional memiliki eksposur akibat translasi, transaksi dan ekonomi perubahan nilai tukar. Pertama-tama kita akan membahas nilai tukar secara sinkat dan kemudian mendiskusikan tiga jenis eksposur nilai tukar dan implikasinya kepada perancangan system pengendalian.

Nilai Tukar
Nilai tukar adalah harga dari sebuah mata uang jika dibandingkan dengan mata uang yang lainnya. Hal ini dapat dinyatakan baik sebagai jumlah unit dari mata uang Negara induk perusahaan yang diperlukan untuk membeli satu unit mata uang asing (kita sebut penawaran langsung) atau sejumlah unit mata uang asing yang diperlukan sebagai contoh, jika dolar AS($) adalah mata uang induk perusahaan dan franc Prancis (FF) adalah mata uang asing, maka untuk menyatakan nilai tukar dengan sebagai $0,20/FF adalah bentuk penaawaran langsung dan menyatakannya sebagai FF5/$ adalah bentuk penawaran tak langsung. Dalam pasar devisa, kedua jenis penawaran tersebut dipergunakan, tetapi para pedagang biasanya menggunakan salah satu jenis untuk mata uang tertentu. Tampilan 15.2 memberikan contoh mengenai kedua nilai tukar yang berlaku pada tanggal 19 Januari 2000 untuk mata-mata uang yang paling banyak diperdagangkan.
Nilai tukar yang biasanya ditawarkan (seperti tertera di atas) disebut nilai tukar nominal. Nilai tukar spot adalah nilai tukar nominal yang berlaku pada satu hari tertentu. Nilai tukar riil adalah nilai tukar spot setelah penyesuaiaan perbedaan inflasi antara dua Negara yang dihitung. Ada juga nilai tukar forward, yaitu nilai tukar hari ini yang dapat digunakan menjadi dasar penyelesaian suatu transaksi yang terjadi di suatu waktu di masa depan.

Berbagai Jenis Eksposur Nilai Tukar
Eksposur translasi atas nilai tukar adalah eksposur dari neraca dan laporan laba rugi perusahaan multinasional terhadap perubahan yang terjadi di dalam nilai tukar nominal. Hal ini dikarenakan adanya fakta bahwa perusahaan multinasional harus mengonsolidasikan pembukuan mereka dalam satu mata uang (biasanya mata uang Negara induk perusahaan), meskipun arus kas mereka didenominasi dalam banyak mata uang. Memahami eksposur translasi yang terjadi di dalam perusahaan multinasional berarti memahmi pengertian dari jawaban atas pernyataan berikut ini: Jika arus kas perusahaan didenominasi di dalam berbagai mata uang dan jika terjadi perubahan nominal di dalam nilai tukar mata uang selama tahun berjalan, bagaimanakah seharusnya cara mengonsolidasikan pendapatan, pengeluaran, aktiva, dan utang ke dalam satu jenis mata uang pada satu titik waktu?
Eksposur transaksi adalah eksposur nilai tukar yang dimiliki oleh perusahaan untuk transaksi-transaksi antarnegaranya ketika transaksi semacam itu dicatat hari ini tetapi penyelesaian pembayarannya dilaksanakan di kemudian hari. Selama masa di mana pembayaran atau komitmen penerimaannya masih belum dilakukan, nilai tukar nominal dapat berubah dan menimbulkan adanya resiko pada nilai dari transaksi. Contoh transaksi semacam ini termasuk piutang, kewajiban dan utang atau pembayaran bunga yang belum dilaksanakan dalam mata uang asing.
Eksposur ekonomi adalah eksposur nilai tukar atas arus kas perusahaan terhadap perubahan nilai tukar riil. Eksposur ekonomi juga disebut eksposur operasional atau eksposur kompetitif terhadap nilai tukar.

Pilihan Metrik dalam Evaluasi Kerja
Dalam survey di perusahaan-perusahaan multinasional, Choi dan Czechowicz menemukan bahwa hamper semua responden memiliki system evaluasi performa kinerja yang membandingkan aktual terhadap anggarannya dalam menilai kinerja anak perusahaan. Pada dasarnya, terdapat tiga kemungkinan pemilihan metric dalam penetapan dan pelacakan anggaran : nilai tukar yang berlaku pada saat anggara ditentukan (nilai tukar awal), nilai tukar yang diproyeksikan pada saat anggaran ditentukan (nilai tukar yang diproyeksikan), atau nilai tukar aktual yang berlaku

Tampilan Pemilihan Metrik dalam Evaluasi Kinerja
Menelusur Anggaran
Mempersiapkan Anggaran
Awal
Proyeksi
Akhir
Awal
1
2
3
Proyeksi
4
5
6
Akhir
7
8
9

Pada saat anggaran dilacak (nilai tukar “akhir’). Terdapat 9 kemungkinan kombinasi metrik dalam menentukan dan melacak anggaran seperti yang terlihat dalam tampilan
Namun demikian tidak semua 9 sel tersebut layak dipergunakan; hanya 5 sel yang diberi garis bawah yang layak. Yang jelas-jelas layak terdiri dari 3 sel dimana anggaran ditetapkan dan dilacak dengan menggunakan metric yang sama (awal ke awal, sel 1; proyeksi ke proyeksi, sel 5; akhir ke akhir, sel 9). Demikian pula dengan menetapkan anggaran dengan menggunakan nilai tukar “awal” dan melacaknya dengan menggunakan nilai tukar “proyeksi” dan melacak pada nilai tukar “akhir” (sel 6). Namun bagaimanapun, tidaklah logis jika menetapkan anggaran pada nilai tukar “akhir” dan melacak aktualnya dengan menggunakan nilai tukar awal atau nilai tukar proyeksi (mengesampingkan sel 7 dan 8). Begitu pula memproyeksikan nilai tukar dalam menetapkan anggaran dan kemudian melacaknya dengan nilai tukar yang berlaku di awal (mengesampingkan sel 4).
Permasalahan Dalam Perancangan Sistem Pengendalian
Dari Sudut pandang evaluasi kinerja, di bawah ini adalah pertanyaan-pertanyaan penting di dalam perancangan suatu system pengendalian:
      • Haruskah para manajer anak perusahaan dianggap bertanggung jawab atas dampak fluktuasi nilai tukar terhadap hasil akhir mereka?
      • Haruskah induk perusahaan menggunakan mata uang Negara induk perusahaan, atau haruskah mereka menggunakan mata uang local dalam evaluasi kinerja? Selanjutnya, haruskah induk perusahaan menggunakan nilai tukar awal, nilai tukar proyeksi, atau nilai tukar akhir dalam menetapkan anggaran?
      • Haruskah induk perusahaan membedakan akibat dari perbedaan jenis eksposur nilai tukar sembari mengevaluasi kinerja dari manajer anak perusahaan? Jika ya, bagaimanakah caranya?
      • Bagaimana seharusnya perbedan jenis eksposur nilai tukar akan memengaruhi evaluasi kinerja ekonomi dari anak perusahaan, apakah seperti yang membedakan dari evaluasi manajer yang bertanggung jawab atas anak perusahaan tersebut?
Dalam contoh berikut, jika anggaran dilacak dengan menggunakan metric yang sama sebagaimana anggaran ditetapkan (FF10/$), maka anak perusahaan akan terlihat telah menghasilkan $1. alternatifnya, jika anggaran pada akhir ditetapkan kembali dengan nilai tukar akhir sebesar FF11/$, anak perusahaan hanya dapat mengharapkan telah menghasilkan laba sebesar $0,91. Jadi jika metrik yang sama dipergunakan untuk menetapkan dan melacak anggaran, maka pilihan metrik yang diambil (apakah mata uang local/mata uang asing; apakah nilai tukar awal, proyeksi, atau akhir) bukanlah sesuatu yang relevan; kinerja yang dihasilkn akan merefleksikan kinerja operasi dari manajer, yang independent terhadap dampak translasi.

Anggaran dan Aktual untuk Neraca ANak Perusahaan
(Nilai Tukar Awal:FF10/$; Nilai Tukar AKhir:FF11/$)

Anggaran
Aktual
FF
$
FF
$
Pendapatan
Laba
100
10
10
1
100
10
9,09
0,91

Akan tetapi, induk perusahaan akan menderita kerugian “translasi” pada akhir tahun. Induk perusahaan tidak memiliki kendali atas pergerakan nilai tukar tersebut. Jika mereka menggunakan laba atau rugi akibat translasi di dalam mengevaluasi kinerja manajer anak perusahaan, maka akan timbul beberapa masalah: (1) Hal ini akan membuat manajer anak perusahaan bertanggung jawab terhadap factor-faktor yang berada diluar kendali mereka; (2) hal ini tidak akan menghilangkan adanya laba atau rugi akibat translasi; (3) hal ini tidak memperhitungkan jenis eksposur nilai tukar lain yang dihadapi oleh anak perusahaan dan (4) hal ini akan mengacaukan kinerja manajer dan anak perusahaan .
Kita akan menjelaskan bagaimana ini dapat dilakukan dengan mempertimbangkan dua tipe generic dari anak perusahaan dari perusahaan multinasional: “importer murni” dan “eksportir murni”.
Importir murni adalah anak perusahaan yang menjual sebaian besar produknya di dalam negaranya sendiri, tetapi mengimpor sebagian besar barang mentahnya dari luar negeri (baik itu dari anak perusahaan lain atau dari perusahaan luar) ; eksportir murni adalah anak perusahaan yang menjual kebanyakan produknya keluar negeri (baik kepada anak perusahaan lain atau dari perusahaan luar lainnya); tetapi membeli sebagian besar bahan mentahnya di dalam Negara tersebut. Seperti yang ditunjukkan oleh contoh berikut ini, dalam terjadi pergerakan nilai tukar, anak perusahaan tersebut tidak hanya akan menghadapi efek translasi, tetapi juga efek “ketergantungan” yang diakibatkan oleh perubahan nilai tukar.
Eksportir murni melampaui anggaran (baik dalam $ maupun FF, baik dari segi sasaran laba maupun marginnya), unit yang seimbang menunjukkan kinerja yang kira-kira menyamai tingkat anggaran (mencapai sasaran laba dalam FF, tetapi sedikit rendah dalam $; mencapai sasaran margin untuk kedua jenis mata uang tersebut), dan importer murni tidak mencapai anggaran (baik dalam $ maupun FF, nilai laba dan margin).

Efek Transaksi
Pendekatan mendasar dalam menangani eksposur transaksi adalah dengan menggunakan strategi lindung nilai mata uang asing yang tepat. Lindung nilai (hedging) adalah transaksi-transaksi yang dapat menurunkan kemungkinan risiko yang berhubungan dengan arus kas di masa depan. Dalam prosesnya, perusahaan yang membeli instrument lindung nilai mengalihkan risiko kepada entitas yang menjual instrument tersebut biasanya adalah bank komersial dalam kasus untuk pasar valuta. Tentunya sudah pasti jasa semacam itu membutuhkan biaya.
Lindung nilai adalah praktik yang berlaku umum di banyak perusahaan sebagai contoh, kapan saja perusahaan membeli asuransi, secara tidak langsung perusahaan tersebut tengah melakukan transaksi lindung nilai internasional, dan hal itu dipergunakan sebagai cara untuk mengatasi efek eksposur transaksi. Untung memberikan ilustrasi yang sederhana; jika sebuah perusahaan Amerika menjual produknya kepada perusahaan Prancis dengan harga yang dinyatakan dalam franc Prancis, ia dapat secara bersamaan membeli hak untuk membeli franc Prancis dengan nilai tukar yang sama seperti jika terjadi pada tanggal di masa depan di mana piutangnya akan jatuh tempo. Jika perusahaan tersebut mengalami rugi transaksi di dalam penjualan, maka ia akan mendapatkan keuntungan pasar opsi dan menyamakan aktiva/pasiva dan pendapatan/pengeluaran dengan mata uang yang sama. Teknik lindung nilai yang umum, menggunakan pasar transaksi forward dan masa depan, juga pasar opsi valuta aisng. Dari perspektif evaluasi kinerja, pertanyaan kuncinya adalah apakah para manjer anak perusahaan bertanggung jawab atas eksposur dari transaki lindung nilai.
Kinerja Anak Perusahaan
Sejauh ini kita telah mengusulkan bahwa adalah penting untuk membedakan antara kinerja ekonomi anak perusahaan dan kinerja para manajernya, dan pedoman-pedoman yang dibicarakan di atas semata-mata hanya menangani pengisolasian dampak nilai tukar terhadap kinerja manajer anak perusahaan. Adalah penting untuk menyadari bahwa kinerja ekonomi anak perusahaan itu sendiri harus merefleksikan akibat-akibat negatif atau psositif atas eksposur translasi, transaksi, dan ekonomi.
Jika kinerja ekonomi jangka panjang anak perusahaan (setelah memasukkan efek nilai tukar) terus memburuk, meskipun kinerja manajernya memuaskan, maka induk perusahaan harus mengeluarkan pertanyaan yang lebih mendasar : apakah hal itu memberikan artian ekonomis secara berkelanjutan bagi perusahaan multinasional untuk meneruskan beroperasi di Negara tersebut, atau apakah ia sebaiknya memindahkan bisnisnya ke tempat lain? Jawaban atas pertanyaan ini akan kembali kepada keputusan lokasi bisnis, daripada keputusan evaluasi kinerja; hal ini seharusnya merupakan sebuah keputusan independent.
Pertimbangan Manajemen
Dalam mendesain system evaluasi kinerja anak perusahaan multinasional, perusahaan dapat mengunakan pedoman-pedoman berikut ini:
  • Para manajer anak perusahaan seharusnya tidak dianggap bertanggung jawab terhadap efek translasi. Cara termudah untuk mencapai tujuan ini adalah membandingkan anggaran dengan hasil actual dengan menggunakan metrik yang sama dan mengisolasi efek yang berhubungan dengan inflasi melalui analisis varians. Tak ada gunanya bagi para manajer untuk khawatir tentang metrik yang tepat. Perusahaan multinasional hendaknya memilih metrik apa saja yang ia anggap lebih mudah untuk digunakan.
  • Efek transaksi paling baik ditangani melalui koordinisasi terpusat dari kebutuhan lindung nilai perusahaan multinasional secara keseluruhan. Hal ini kemungkinan besar akan jauh lebih murah dan sederhana, dan dapat mencegah manajer anak perusahaan menjadi peramal dan spekulan nilai tukar.
  • Manajer anak perusahaan harus bertanggung jawab terhadap efek ketergantungan dari nilai tukar yang diakibatkan oleh eksposur ekonomi.
  • Evaluasi anak perusahaan sebagai basis dari pengambilan keputusan untuk menentukan lokasi operasi di sebuah Negara atau merelokasi operasi dari sebuah Negara seharusnya merefleksikan konsekuensi-konsekuensi dari adanya eksposur translasi, transaksi, dan ekonomi.

Pada survey yang dilakukan pada tahun 1982, Sapy-Mazella et al, menemukan dalam evaluasi kinerja manajer anak perusahaan, 79% respondennya menggunakan metrik yang berbeda untuk menyiapkan anggaran dan melaporkan kinerja; 66% mempergunakan beberapa peramalan atas nilai tukar untuk menyiapkan anggaran dan menggunakan nilai tukar aktual pada akhir periode untuk melaporkan kinerja anak perusahaan secara relative terhadap anggarannya; dan 13% mempergunakan nilai tukar awal untuk mempersiapkan anggaran dan nilai tukar actual pada akhir periode untuk melaporkan kinerja. Temuan-temuan ini tidak konsisten dengan pedoman yang telah kita kembangkan di atas.
Terdapat dua kemungkinan penjelasan untuk ketidakkonsistenan ini. Pertama, kebanyakan dari system pengendalian ini dikembangkan pada tahun 1950-an dan 1960-an, ketika nilai tukar adalah tetap; dimana nilai tukar fleksibel hanya baru-baru ini saja diperkenalkan, perusahaan multinasional tidak boleh menyesuaikan system evaluasi kinerja mereka dengan kenyataan yang baru. Kedua, banyak perusahaan tidak dapat membedakan antara kinerja keuangan manajer dan kinerja keuangan anak perusahaan multinasional.
Apa pun alasannya, adalah penting untuk memahami perusahaan multinasional yang memilih untuk menggunakan metrik yang berbeda untuk menyiapkan anggaran anak perusahaan dan melaporkan kinerja aktualnya akan memiliki berbagai jenis risiko yang telah kita bahas sebelumnya.

0 komentar:

Posting Komentar

About this blog

blog pertama ku nih..
yah cuman buat isengiseng nulis aja.
daripada nganggur dan malah buat kerjaan yang gak berguna. mending nulis dah.
ini blog ya sekiranya berisi tenteng kehidupan disekitar kita. mulai dari life style sampai pelajaran juga ada.
the last, i hope my blog can usefull for together

About Me

Foto saya
seorang mahasiswa di jurusan akuntansi UNDIP tahun 2009.

Followers

Pengikut

Mengenai Saya

Foto saya
seorang mahasiswa di jurusan akuntansi UNDIP tahun 2009.