LONG JOURNEY
Jakarta 18.15 menit tepatnya 17 April 1991 di rumah sakit harapan terdengar suara tangisan seorang bayi yang baru lahir ke dunia. Nama bayi ituIgnatius Putu Premadi. Itulah saya seorang anak laki-laki putra dari pasangan I Ketut Agus Sumadi dan Cicilia Redjeki. Ndari nama saya saja sudah terjelaskan bahwa saya adalah orang Bali (dari nama Putu yang memiliki arti anak pertama). Bapak saya adalah seorang putra daerah asli Bali dan Ibu saya adalah seorang wanita putrid daerah asli Jogjakarta. Tetapi saya lahir di jakrta dan di dalam tubuh saya mengalir 2 darahputra dan putrid daerah yang berbeda. Itulah keunikan Indonesia yang memiliki beragam suku dan daerah, itu pula yang membuat saya menjadi pribadi yang unik.
Saat menghembuskan nafas pertama di bumi Indonesia saya belom tahu akan menjadi seperti apa saya selanjutnya, karena saat itu saya baru saja lahir. Setelah itu saya sempat tinggal untuk beberapa waktu di Jakarta sebelum akhirnya pada usia 1 tahun saya dan kelurga pindah ke Bali karena bapak sayaharus dinas di Bali.n itu berate saya akan tinggal di daerah asal Bapak saya. Kurang lebih saya tinggal di Bali selama 3 tahun sebelum akhirnya kami sekeluarga pindah kembali ke Jakarta karena bapak mendapat panggilan dinas.
Olahraga menjadi hobi saya yang paling saya senangi. Terutama sepak bola. Kejadian yang sedikit menyesakan hati adalah saat saya mengikuti turnamen berlabel Piala Danone yang diselenggarakan oleh PT Danone Indonesia. Setelah lolos dari tingkat Provinsi (seagaai catatan turnamen ini adalah untuk tingkat umur U-12) saya dan tim saya melaju ke babak final untuk tingkat nasional. Dibabak final kami menghadapi SSB Pelita Harapan dimana pertandingan harus di lanjutkan melalui babak perpanjangan waktu karena kami bermain imbang 2-2 untuk waktu normal. Saya yang berposisi sebagai gelandang bertahan saat itu tidak dapat mengakhiri pertandingan karena saat waktu perjpanjangan waktu tinggal bersisa 2 menit saya harus mngalami cedera di lutut dan haru dilarikan ke rumah sakit. Pada akhirnya tim kami harus mengakui keunggulan tin SSB Pelita Harapan melalui adu tendangan pinalti dimana pertandingan berakhir 3-2 untuk kemenangan SSB Pelita Harapan.
Setelah pindah ke Jakarta untuk kali kedua dalam hidup, saya masuk ke sekolah pertama saya yaitu Taman Kanak-Kanak Santo Vincentius. Hari pertama saya sekolah berbeda dengan teman-teman saya pada umumnya. Disaat teman-teman saya tida mau di tinggal oleh orang tua mereka saya kebalikan dari mereka. Dimana saya malahan mengusir ibu saya di karenakan saya merasa malu untuk ditungguin.
Wali kelas saya saat TK kecil adalah seorang wanita bernama ibu Ririn. Dia yang membimbing saya saat masa TK kecil tersebut. Dimana saya mulai belajar menulis dan membaca. Ibu Ririn juga pernah berpesan kepada ibu saya bahwa tulisan saya akan bagus di saat saya dewasa nanti, tetapi ternyata tulisan saya saat ini lebih mirip seperti tulisan cakar ayam yang miring ketiup angin. Kemudian untuk TK besar saya mendapatkan seorang wali kelas bernama ibu Paulin. Kesan pertama bertemu dengan beliau saya sangat takut, kaena ibu Paulin terkenal di kalangan anak-anak adalah seorang guru yang galak dan menyeramkan. Tetapi ternyata seiiring berjalannya waktu pandangan tersebut hilang (mungkin baru sadar bahwa semua guru galak kepada murid mereka karena untuk mendidik kita menjadi lebih baik).
Taman Kanak.kanak menjadi tempat aku berkembang banyak untuk belajar dasar-dasar kehidupan. Mulai dari bagaimana berteman dengan orang.orang lai, bagaimana cara membaca, menulis dan menggambar yang benar, hingga cara menyikat gigi yang benar (karena setiap hari ada kegiatan menyikat gigi bersama). Selain itu di TK, saya terkenal menjadi seorang murid yang tidak bisa diam alias pethakilan. Salah satu buktinya saat saya bermain petak umpet bersama dengan teman-teman, saya kebingungan untuk mencari tempat bersembunyi. Saat itu saya sering sekali menonton film satria baja hitam dimana kotaro minami bisa menembus tembok. Disaat kebingungan mencari tempat bersembunyi saya teringat hal tersebut dan saya pun mencoba bersembunyi dengan cara menabrakan diri ketembok, dan hasilnya bukan berhasil bersembunyi di dalam tembok melainkan kepala yang bocor.
Caturwulan 3 saat saya TK besar saya kembali pindah menuju Bali dan sayapun pindah sekolah ke TK Tegaljaya. 3 bulan sekolah di TK tersebut saya lulus dan masuk Sekolah Dasar Tegaljaya. Saat SD prestasi terbesar saya adalah menjadi pelajar teladan tingkat kabupaten Badung. Itu terjadi saat saya berada di kelas 5 SD. Sangat membanggakan dan tidak pernah terduga, karena saingan yang harus saya lewati sungguh sangat banyak dan berat namun Puji Tuhan saya dapat melewati semuanya. Walaupun tidak dapat juara ditingkat provinsi namun juara di tingkat Kabupaten sudah sangat membanggakan.
Sekolah Menengah Pertama pun saya melanjutkan di Bali tepatnya di SMP Santo Yoseph Denpasar. Jarak sekolah dengan rumah sekitar 10 km, cukup jauh dari rumah saya namun tidak mengurangi semangat untuk pergi ke ssekolah dengan menggunakan sepeda onthel. Hal ini saya lakukan selain untuk mengurangi beban orang tua untuk mengantar saya ke sekolah juga sekalian sebgaia latihan fisik untuk saya. Latihan fisik ini saya lakukan karea kebetulan saya juga menjadi atlet untuk SMP saya. Ada beberapa cabang olahraga yang saya ikut mewakili SMP saya. Mulai dari atletik, bulutangkis, dan sepak bola.
Untuk prestasi yang berhasil saya raih cabang olahraga tersebut adalah juara satu beregu campuran tim bulu tangkis SMP Santo Yoseph cup 2005, juara 1 ganda putra porjar kotamadya Denpasar. Sedangkan untuk atletik tidak berhasil mendapatkan gelar apa. Di sepak bola beberapa prestasi yang saya dapatkan bersama tim saya adalah juara 1 Santo Yoseph cup 2004,2006. Juara 1 tim gabungan porjar tingkat provinsi dan top scorer santo yoseph cup 2004,2005,2006 dan piala Suratin 2005. Namun lagi-lagi cedera yang saya dapatkan menggagalkan saya untuk mendapat prestasi yang lebih tinggi. Seperti saat saya mengikuti seleksi tim nasional U-15 cedera lama yang saya derita saat Piala Danone menyebebkan saya tidak dapat melanjutkan seleksi. Karena cedara yang saya alami pula membuat saya yang pada awalnya memliki cita-cita untuk menjadi seorang pemain sepak bola melupakan cita-cita saya.
Setelah lulus SMP saya melanjutkan sekolah di SMA Pangudi Luhur van-Lith Muntilan. Lokasi SMA saya berada di kaki gunung merapi tepatnya di kecamatan Muntilan kabupaten MAgelan Jawa Tengah. Saya memilih untuk bersekolah di SMA tersebut karena selain sekolah tersebut berasrama saya bosan untuk hidup di Bali dan ingin hidup mandiri. Kebetulan saya berhasil lolos seleksi penerimaan siswa baru. Jadilah saya setelah lulus SMP pergi meninggalkan Bali untuk bersekolah di Muntilan.
Generasi XVI adalah angkatan saya di van-Lith. Bukan sekedar menjadi teman seangkatan melainkan Generasi XVI sudah menjadi keluarga baru bagi saya. Setiap hari berproses dan menjalani hidup bersama menjadikan rasa kekeluargaan menjadi sangat terasa. Jauh dari keluarga di daerah sana kami mendapatkan keluarga baru di sini.
3 tahun bersekolah di SMA PL vanLith ada beberapa prestasi yang berhasil saya dapatkan yaitu Juara I Lomba Karya Tulis Akuntansi se-Jawa dan Bali yang diselenggarakan oleh Himpunan Mahasiswa Jurusan Akuntansi UPN Veteran Jogjkarta, dan Juara I Bussines Plan se-Jawa Tengah yang diselenggarakan oleh Himpunan Mahasiswa Jurusan Universitas Muhammadyah Magelang. Saya berterima kasih sekali kepada pendamping SMA saya yang bernama Ibu Susilawati, beliaulah yang membimbing saya hingga saya berhasil untuk mendapatkan prestasi tersebut, tanpa arahan dari beliau saya ini bukan siapa-siapa.
Pertama kali masuk di SMA saya sendiri menjadi Kotang (koordinator angkatan) dimana saya harus menjadi penghubung antara pamong dan siswa Generasi XVI untuk siswa putra terutama. Cukup susah menjadi kotang karena teralu banyak masalah yang kecil menjadi besar. Jangan pernah sekali-kali memandang sekolah berasrama adalah sekolah yang berjalan dengan baik-baik saja,taat pada peraturan dan lain sebagainya karena disini banyak yang membuat saya terkejut karena sangat berbeda dari pemikiran saya awalnya mengenai sekolah berasrama. Bullying menjadi salah satunya (tidak tahu ini saya menjadi korban atau pelaku). 2 minggu pertama menjadi sangat menakutkan untuk kami siswa baru di asrama karena hamper tiap malam kami digilr untuk di pukuli oleh kakak angkatan (tapi disini bertarung secara jantan 1 lawan 1 dan tidak boleh saling bantu). Sampai tiba pada saat giliran saya yang dipanggil oleh Aspa 3 (panggilan untuk kakak angkatan) menuju WC Aspa 3 (kamar mandi kelas 3). Saat itu saya diberitahu bahwa kesalahan saya adalah tidak menyapa kakak kelas sehingga saya harus dipanggil, dan orang yang tidak suka dengan saya tersebut adalah ketua geng dari anak-anak berandalan Aspa 3 yang biasa disebut Chop. Singkat cerita saya diminta untuk menyerang duluan (kami melakukan fighting tidak boleh memukul leher ke atas) sebelumnya saya sudah bilang bahwa kenapa tidak kita mulai bersama. Kemudian karena itu adalah permintaan dari kakak angkatan yang memanggil maka saya pun menuruti perintahnya langsung saja saya tending tepat di bagian lututnya (karena saya atelet sepakbola) dan ternyata kaki kakak kelas saya tersebut langsung patah. Karena sudah patah dan diapun kesakitan saya disuruh kembali menuju kamar saya dan kakak kelas saya tersebut dibawa ke rumah sakit (kejadian tersebut berlangsung sekitar pukul 2 dini hari). Sejak saat itu saya tidak pernah lagi mendapatkan panggilan dari kakak kelas (takut mengalami nasib yang sama mungkin).
Lulus SMA saya melanjutakan studi saya di jurusan akuntansi Undip. Kenapa saya memilih akuntansi sebagai bidang yang saya geluti? Pada awalnya saat saya kelas 3 di SMA PL Van-Lith saya mengikuti sebuah tes wawancara dengan guru pendamping bagian bimbingan konseling (BK) yang berguna untung membimbing saya memilih jurusan yang pas buat saya. Disitu saya diingatkan kembali bahwa pemilihan jurusan saat saya kuliah sangat berpengaruh bagi masa depan saya. Karena bila dalam saya salah memilih jurusan malah akan membuat saya susah dimasa yang akan datang.
Beruntung disaat saya berada di kelas 2 SMA sekolah saya mempunyai program OPP (Orientasi panggilan profesi) dimana kita sebagai siswa diijinkan untuk memilih pekerjaan yang kita inginkan dan kita akan di taruh di pekerjaan tersebut, dan saya memilih untuk menjadi jurnalis pada saat itu dan saya mendapat pekerjaan di Metro TV Jakarta. Disana saya langsung berkecimpung dengan dunia jurnalistik dan saya mengenal seorang yang menjadi anutan saya disana yaitu Pak Don bosco Selamun. Saya banyak belajar dari beliau, ia mengajari saya dan member wejangan bahwa untuk menjadi seorang jurnalistik tidak perlu untuk mengambil jurusan komunikasi saat kuliah. Saat itu saya diajarkan banyak hal yang membuka pikiran saya.
Kembali lagi saat saya dibimbing oleh guru BK saya, disana saya mengingat apa yang sudah diajarkan oleh pak don bosco, selain itu karena saya sudah berkecimpung secara langsung di dalam dunia jurnalistik saya mengetahui kenyataan bahwa dunia saya bukan di sana. Maka saya mulai berpikir dengan menilai dari beberapa aspek dalam diri saya:
1. Dari sisi psikologis
Setelah saya mengikuti program yang di adakan sekolah saya barulah sayamulai menayadari dimana kekurangan dan kelebihan saya dan dimana minat saya berada untuk bekerja. Saya yang memang dari awal masuk SMA sudah memutuskan akan masuk ke jalur social karena saya memang menyukainya. Lalu dari aspek psikologis ini saya mulai melihat peluang yang ada di dalam jalur social tersebut salah satunya adalah bidang ekonomi karena bidang ekonomi sangat memegang peranan penting di dunia ini, tidak hanya di Indonesia tapi juga di seluruh dunia,tanpa adanya ekonomi yang kuat tidakmungkin suatu Negara dapat bertahan di era global seperti saat ini. Lalu saya pun mulai memilih untuk akan mengambil jurusan ekonomi dengan spesialis akuntansi karenaselain saya menguasai pelajaran tersebut saat SMA saya juga sangat menyukai akuntansi dan matematika. Itu pertimbangan saya dari sisi psikologis
2. Dari sisi akademis
Seperti yang saya tulis diatas bahwa saya menyukai pelajaran akuntansi dan matematika maka saya memilih untuk mengambil jurusan akuntansi saat saya kuliah. Karena saya yakin dengan kemampuan akademis saya bahwa saya dapat bersaing dengan orang-orang yang juga ingin memilih jurusan tersebut. Saya tidak takut menghadapi tantangan bahwa jurusan akuntansi adalah jurusan paling susah di dalam ilmu social, itu karena saya memang menyukai akuntansi dan saya yakin dengan kemampuan akademis saya. Itu yang membuat saya bisa diterima di Universitas Diponegoro fakultas Ekonomika dan Bisnis jurusan Akuntansi melaliu jalur SMPTN (Seleksi Masuk Perguruan Tinggi Negri)
3. Dari sisi orang tua
Disini saat saya memutuskan untuk memilih jurusan akuntansi sebagai tujuan kuliah saya orang tua saya, ayah dan ibu sangat mendukung saya. Kebetulan mereka juga sangat mengharapkan saya bisa masuk di program akuntansi di perguruan tinggi negri. Itu yang membuat saya bersemangat untuk masuk jurusan akuntansi, dan saya membuktikan bahwa saya bisa masuk jurusan akuntansi dan membanggakan orang tua saya.
4. Dari sisi relasional
Pertimbangan saya dari sisi relasional adalah untuk kedepannya apabila saya samapai salah mengambil jurusan yang akan saya pili pasti akan menimbulkan efek yang negative bagi kehidupan saya, maka setelah saya pertimbangkan dari sisi –sisi yang diatas saya meyakinkan diri untuk memilih jurusan akuntansi saya sebagai jalan hidup. Karena memang saya menyukai kauntansi dan saya yakin peluang pekerjaan untuk lulusan akuntansi sangat terbuka lebar, bukan hanya sebagai akuntan saja, bisa juga sebagai auditor, manajer keuangan, dan masih banyak lagi peluang kerja. Apalagi saya yakin dengan nilai lebih yang akan saya peroleh apabila saya mengambil jurusan akuntansi sebagai jalan hidup saya.
KEKURANGAN DAN KELEBIHAN
Disetiap sisi kehidupan manusia pastilah kita semua memiliki kekurangan dan kelebihan. Terkadang sesorang tidak menyadari hal-hal kecil yang menjadi kekurangan dan kelebihan mereka padahal hal-hal kecil tersebutlah yang menjadi cirri khas bagi masing-masing individu. Sama juga seperti saya, menilai kelebihan dan kekurang dari pribadi saya sendiri jauh lebih susah daripada menilai kelebihan dan kekurang dari orang lain, seperti peribahasa gajah di pelupuk mata tidak terlihat semut di sebrang lautan Nampak. Perbahasa ini sangat menggambarkan sikap masing-masing individu manusia.
Bila saya harus menyampaikan kekurangan dan kelebihan saya mungkin lebih banyak kekurangannya. Seperti saya tidak dapat menilai kebaikan dan kekurangan saya sudah menjadi salah satu kekurangan saya. Rasa egois yang tinggi dimana saya acapkali melakukan perbuatan memutuskan tindakan hanya berdasar keinginan pribadi tanpa pertimbangan dari orang lain. Panikan juga menjadi salah satu kekurangan saya. Tidak dapat dipungkiri manusia pasti memiliki masalah dan sayapun seperti itu. Sering saat mendapat masalah yang harus saya hadapi saya merasa panic dan bingung harus berbuat apa.
Kelebihan yang saya miliki mungkin bisa dari kelebihan fisik yang saya punya, alias tenaga yang saya dapatkan secara alami dan latihan. Selain itu kemampuan akademis saya juga tidak teralu buruk dan saya bisa menjadi orang yang sangat sabar dalam menghadapi masalah. Panikan memang menjadi salah satu kekurangan dari diri saya tetapi saya tidak pernah menyerah dalam menghadapi masalah, saya tidak pernah lari dari masalah namun saya menghadapinya. Karen saya punya idealism yaitu Tuhan tidak akan pernah memberikan cobaan yang melebihi kekuatan umatnya.
RENCANA KE DEPAN
Setiap manusia pastilah memiliki rencana hidup kedepannya. Termasuk juga saya. Ada beberapa rencana dan impian saya yang saya dambakan, antara lain:
· Lulus kuliah April 2013.
· Punya café sebelum lulus kuliah.
· Setelah lulus dapt kerja di BPK atau kantor akuntan publik.
· Menikah saat umur 28 tahun.
· Bisa membiayai biaya kuliah adek saya nanti.
· Bisa bahagiain bapak dan ibu dengan melihat saya sukses.
·
0 komentar:
Posting Komentar